Rabu, 07 Oktober 2020

Ulasan dan quote dari "Candide" karya Voltaire

Halo, tulisan ini merupakan sedikit ulasan buku Candide karya Voltaire. Ini ulasan pertama yang aku tulis di blog dan sedikit panjang. Lebih panjang dari ulasan yang kutulis di Goodreads. Aku masih perlu banyak belajar tentang cara menulis ulasan yang baik. Semoga selalu ada peningkatan kedepannya dalam menulis ulasan.

VOLTAIRE
Nama asli: François-Marie Arouet (1694-
1778), pengarang besar Prancis abad ke-18.

Candide merupakan buku yang menceritakan tentang Candide, seorang pria lugu yang menyusuri dunia dengan diliputi kesengsaraan, yang ingin menemukan Cunegonde, kekasihnya, seorang putri dari Westphalen.

Aku suka kata-kata yang terangkai oleh penerjemah tentang Voltaire dan bukunya Candide:
"...Yang paling menonjol dari Voltaire sebagai seorang pemikir, ahli filsafat, penulis sastra dan sejarah adalah kebenciannya pada kefanatikan, diskusi filsafat, dan keagamaan yang dinilainya terlalu bertele-tele, sehingga tidak masuk akal dan mengabaikan masalah-masalah manusia yang utama. Dia juga sangat cinta dan memperjuangkan keadilan, baik dalam karya-karyanya, maupun dalam kehidupan yang sebenarnya. Pandangan hidupnya yang praktis dan realistis....
....untuk memahami Candide ini, sasaran utama serangan adalah filsafat optimis Leibniz dan para pengikutnya, terutama Wolf, yang beranggapan bahwa dunia ini adalah yang sebaik-baiknya di antara yang mungkin diciptakan Tuhan. ...
...untuk semua akibat, pasti ada sebabnya, karena segalanya telah diatur dalam suatu kese larasan yang telah ditetapkan sebelum nya (L’harm onie préétablie)...
...Voltaire tampak ingin menonjolkan filsafat hidupnya sendiri, mengingat bahwa hakikat hidup manusia ini berada di luar jangkauan manusia sendiri, demikian masalah kebaikan dan keburukan, diskusi-diskusi tentang masalah tersebut tak pernah berkesudahan, karena itu tidak ada gunanya. ...
...Untuk memahami hikayatnya, seringkali pembaca harus mengetahui riwayat hidup pengarangnya, serta latar belakang sosial budaya pada waktu karya itu diciptakan. ..."
- Ida Sundari Husen, 1988.
Kisah si Nenek yang ingin bunuh diri
"Seratus kali saya tergoda untuk membunuh diri, namun masih cinta kehidupan. Kelemahan konyol ini mungkin merupakan salah satu cacat kita terbesar. Adakah yang lebih tolol dari me manggul suatu beban terus-menerus, padahal kita selalu ingin mencampakkannya di tanah? Membenci hidup, namun sekaligus sangat terikat kepadanya? Pendeknya, mengelus-elus ular yang mengg erogoti kita, sampai akhirnya dia memangsa jantung kita?"

Orang tua di Eldorado menceritakan tentang bagaimana Eldorado bisa ada dan penduduk yang bahagia, damai, taat dan jujur. Terasa utopia di sini.

“Usia saya seratus tujuh puluh dua tahun. Almarhum ayahku, bekas tukang kuda Raja, sering bercerita ke pada saya tentang revolusi hebat yang pernah terjadi di Peru, dan yang telah disaksikannya sendiri. Kerajaan kami ini adalah bekas tanah air bangsa Inca. Mereka telah melakukan tindakan yang sangat keliru, ketika keluar dari wilayah ini untuk menaklukkan sebagian dunia. Akibatnya mereka dihancurkan oleh bangsa Spanyol. Para pangeran dari keluarga tersebut, yang tetap tinggal di tanah air mereka, lebih bijaksana. Dengan persetujuan seluruh bangsa, mereka memerintahkan, bahwa tak seorang pun dari penduduk di sini yang diperbolehkan keluar dari kerajaan ini sejak saat itu. Itulah sebabnya kami dapat tetap menjaga kemurnian dan kebahagiaan kami. Bangsa Spanyol hanyalah mengetahui samar-samar tentang keberadaan kami. Mereka menamai negeri kami Eldorado. Seorang perwira Inggris yang bernama Raleigh pernah mendekati negeri ini sekitar seratus tahun yang lalu, namun karena wilayah ini dikelilingi pegunungan cadas yang sulit ditembus serta jurang-jurang, sampai sekarang kami selalu terlindung dari ke serakahan bangsa-bangsa Eropa. Mereka sangat tergila-gila pada batu-batuan dan lumpur yang dikandung tanah negeri ini, sehingga untuk mendapatkannya, mereka takkan segan-segan membinasakan kami semua tanpa menyisakan satu jiwa pun.”

Penggambaran di Eldorado sangat tenang dan tentram tanpa kejahatan sehingga tidak perlu ada lembaga yang mengurus kejahatan. Semua untuk kebahagiaan dan kedamaian bersama. 

Candide ingin melihat gedung pengadilan dan parlemen. Mereka menjawab bahwa bangunan itu tidak ada, karena di situ tak pernah ada perkara. Pemuda itu menanyakan juga apakah ada penjara, dan jawabannya tidak ada. Yang paling mengagumkannya, serta yang sangat disukainya adalah lembaga sains. Di dalamnya dia melihat ruangan besar yang berukuran dua ribu langkah, penuh dengan peralatan matematika dan fisika.

Mengapa semua yang tinggal di Eldorado sangat menghormati aturan dan adatnya dengan hati yang tenang?

Ketika Raja di Eldorado ingin Candide tetap tinggal karena merasa bahagia di Eldorado, namun Candide tetap melanjutkan perjalanannya. 

“Ini keputusan yang bodoh,” komentar Baginda. “Saya tahu bahwa negeri ini tidak ada artinya. Namun kalau kita cukup berbahagia di suatu tempat, sebaiknya tinggal di situ saja. Tentu saja saya tidak mempunyai hak untuk menahan tamu asing. Itu tindakan sewenang-wenang, yang tidak sesuai dengan adat istiadat maupun peraturan kami. Semua orang bebas, berangkatlah kapan Tuan hendaki."

Raja sangat tahu diri, penduduknya pun demikian. Bagaimana pemikiran-pemikiran yang demikian bisa terbentuk? Saya penasaran. Mungkin saya bisa menemukan di buku atau referensi lain.

Budak Negro
"...Pada setiap hari Minggu para pastor, yang telah memasuk kan kami ke dalam agama Kristen, selalu mengatakan kepada saya bahwa kita semua anak cucu Adam, baik putih maupun hitam. Saya tidak pernah mempelajari garis keturunan, namun kalau para pembawa khotbah itu dapat dipercaya, kita ini semua saudara sepupu. Nah, padahal pasti Tuan pun sependapat dengan saya, bahwa cara memperlakukan saudara sepupu seperti ini adalah keterlaluan.”

Martin's savage words
“Memang setan sangat erat hubungannya dengan segala urusan di dunia ini,” kata Martin, “dia memang bisa bercokol dalam tubuhku atau di tempat-tempat lain. Terus-terang saya akui bahwa dengan melayangkan pandang di atas bola dunia, atau lebih tepat di atas ‘kelereng’ ini, saya sering mendapat kesan bahwa Tuhan telah sengaja membiarkannya jatuh ke tangan para pen jahat. Tentu saja Eldorado adalah suatu perkecualian. Hampir tidak pernah saya melihat kota yang tidak mengharapkan agar kota tetangganya rusak, tak ada keluarga yang tidak tergoda ingin membinasakan keluarga lain. Dimana-mana rakyat kecil membenci penguasa, namun sambil tetap menyembah-nyembah di haapan mereka, sedangkan para penguasa memperlakukan mereka seperti ternak yang bulu dan dagingnya dapat dijual. Sejuta pembunuh yang menggerombol dalam resimen-resimen, berlari dari ujung yang satu ke ujung Eropa yang lain, untuk melaksanakan pembunuhan dan penggarongan dengan disiplin ketat, karena harus mencari nafkah, berhubung tidak ada pekerjaan lain yang lebih halal. Di kota-kota besar pun, yang tampaknya aman dan damai dengan kesenian yang berkembang, rasa iri, keserakahan, serta kekhawatiran, menggerogoti penduduknya lebih dari wabah yang menggerogoti kota yang terkepung dalam peperangan. Kepedihan yang tersembunyi lebih kejam dari bencana yang nyata kelihatan. Pendeknya, saya telah terlalu banyak mengalami dan melihat, sehingga saya menjadi penganut manicheisme.”
Seperti yang dikutip dalam kata pengantar oleh penerjemah
"Sementara itu kapal Prancis dan Spanyol itu meneruskan pelayarannya. Candide melanjutkan percakapannya dengan Martin. Mereka berdiskusi selama lima belas hari terus-menerus, namun hasilnya tetap seperti pada hari pertama. Pokoknya mereka terus berbicara, bertukar pikiran, saling menghibur.

***Dengan demikian, semua diskusi filsafat tidak ada gunanya.

Saat Martin ke Perancis
"...Di beberapa tempat setengah penduduknya gila, di tempat- tempat lain mereka sangat licik, di daerah lain ada memang yang lembut namun agak tolol, sedangkan di beberapa provinsi lain banyak yang sok tahu. Yang pasti di semua provinsi itu yang menjadi kegiatan penting pertama-tama adalah cinta, kedua pergunjingan, dan ketiga membicarakan yang tidak-tidak.
Percakapan Martin dan Candide
"Saya telah melihat begitu banyak hal luar biasa, sehingga kini tak ada yang luar biasa lagi bagi saya.” “Apakah menurut pendapat Tuan manusia selalu bunuh-membunuh, seperti yang telah kita lihat tadi, dan apakah mereka memang selamanya pendusta, jahat, keji, tak tahu terima kasih, bajingan, lemah, gampang berubah pikiran, pengecut, iri hati, serakah, pemabuk, kikir, ambisius, pemarah, tukang fitnah, royal, fanatik, hipokrit, dan tolol?” “Apakah menurut Tuan burung elang selalu memangsa merpati, bila mereka menemukan korbannya itu?” “Saya rasa begitu"

 Poccocurante, bangsawan Venezia

"Orang-orang tolol selalu mengagumi segala sesuatu yang ditulis oleh seorang pengarang terkenal. Saya hanya membaca untuk diri sendiri, saya hanya menyukai apa yang sesuai dengan kebiasaan saya.” 

“Saya tidak pernah membacanya,” jawab bangsawan Venesia itu. “Apa peduliku kalau dia pernah membela Rabirius atau Cluentius? Saya sendiri mempunyai cukup banyak perkara untuk dipecahkan.” 

Martin dan Poccocurante

“Saya rasa,” katanya, “seorang penganut republik akan senang membaca sebagian besar karya yang ditulis dengan begitu bebas.” “Ya,” jawab Poccocurante, “memang bagus sekali kalau kita dapat menulis apa yang kita pikirkan. Itulah keuntungan kita sebagai manusia.”

Candide kepada Martin tentang senator Poccocurante. Poccocurante memiliki segalanya namun tidak memiliki harapan lagi sehingga apapun sudah tidak terlalu bernilai atau sangat harus bernilai tinggi

“apakah Tuan sependapat bahwa dialah yang paling bahagia di antara semua orang, karena dia berada di atas segala yang dimilikinya?” “Apakah Tuan tidak melihat,” ujar Martin, “bahwa dia justru muak oleh segala yang dimilikinya? Dulu sekali Plato pernah mengatakan bahwa perut terbaik bukanlah yang dapat menolak semua makanan.” “Tetapi,” sanggah Candide, “bukankah nikmat sekali dapat mengkritik semua? Dapat merasakan cacat cela untuk hal-hal yang bagi orang lain hanya menunjukkan keindahan?” “Dengan kata lain,” kata Martin, “ada kenikmatan yang ditimbulkan oleh tidak adanya kenikmatan?” “Ya, kalau begitu,” kata Candide, “hanya saya yang berbahagia, kalau bertemu lagi dengan Nona Cunegonde nanti.” “Tetap mempunyai harapan memang baik,” kata Martin. 

Martin menyimpulkan 

"bahwa manusia di lahirkan untuk hidup dalam guncangan-guncangan serta kekhawatiran-kekhawatiran, atau dalam kelesuan menekan yang ditimbulkan rasa bosan. Candide tidak begitu setuju, namun tidak berkata apa-apa. Pangloss mengakui bahwa dia selalu menderita, namun berhubung pernah mengemukakan bahwa segala sesuatu berjalan sebaik-baiknya, dia akan selalu mendukung gagasan itu, walaupun tanpa mempercayainya."

Orang Turki 

"Pekerjaan menjauhkan kita dari tiga keburu kan: rasa bosan, dosa, dan kemiskinan.” 

 Candide kepada Martin dan Pangloss.

“Saya rasa orang tua tadi telah berhasil membuat nasibnya lebih baik daripada keenam raja yang diturunkan dari takhta, yang telah memberi penghormatan kepada kita dengan makan malam bersama-sama.” “Memang kebesaran pada hakikatnya sangat berbahaya,” jawab Pangloss.

Janganlah berdiskusi lebih banyak daripada bekerja

 “Mari kita bekerja tanpa banyak berdiskusi,” usul Martin, “itulah satu-satunya cara agar hidup kita ini lebih tertanggungkan.”

 

Aku beri 5/5 🌟🌟🌟🌟🌟

Aku suka kritik tajamnya Voltaire dengan menuliskannya pada gambaran tokoh seperti watak, sikap, dan suatu tindakan. Kata-katanya sangat mengena. Cerita hikayat juga sangat asik. Menebak apa yang akan dilalui oleh pemeran utama dan dengan siapa untuk menemukan kekasihnya melalui perjalanan panjang mengelilingi dunia. Candide juga bertemu dengan pelbagai watak orang. Sungguh aku tidak menyangka jika semua tokoh yang dekat dengan Candide akan berkumpul bersama di akhir. Aku sangat menyukai gambaran di Eldorado, sangat utopis. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Release Radar Spotify 28 Apr 2024

  Music of English, Italian, Romanian, Spanish 1. Kriss Kross Amsterdam, INNA - Queen of My Castle 2. Baby K - Fino al Blackout 3. Tananai, ...