ABSTRAKSI
Museum
merupakan tempat penyimpanan benda-benda koleksi yang bernilai penting bagi
sejarah dan kebudayaan bangsa. Selain itu merupakan sebuah saran untuk
memberikan informasi sebanyaknya kepada masyarakat mengenai fungsi dan nilai
suatu benda dalam kehidupan manusia. Benda-benda koleksi Museum tidak hanya
antik, langka dan etnis, juga merupakan rekaman perjalanan peradaban sebuah
bangsa sehingga dapat dijadikan sarana pendidikan bagi masyarakat.
Museum
Daerah Tulungagung dibangun pada akhir tahun 1996 yang berlokasi di Jl. Raya
Boyolangu KM 4 komplek SPP/SMPA Tulungagung. Museum dengan luas lahan 4.845 m2
dan luas bangunan 8x15m ini difungsikan sebagai tempat penyimpanan koleksi yang
semula disimpan di Pendopo Kabupaten Tulungagung yang selanjutnya direncanakan
pengembangan pembangunan di kompleks SPP/SPMA.
Letak
Museum ini bisa dibilang cukup strategis sebab berada di wilayah yang sarat
dengan potensi Benda Cagar Budaya yang tidak bergerak, antara lain Goa
Selomangleng, Candi Gayatri, Candi Cungkup, dll. Selain itu juga merupakan
jalur utama menuju Obyek Wisata Pantai Popoh Indah, Pantai Sine, dan Kerajinan
Marmer di sepanjang jalur menuju Pantai Popoh Indah.
Gagasan
didirikannya MuseumDaerah Tulungagung dimaksudkan sebagai wadah/tempat
penyelamatan warisan budaya, tempat study dan rekreasi bagi pelaja, mahasiswa maupun bagi masyarakat luas.
Museum Daerah Tulungagung merupakan museum umum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan
berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Dari berbagai jenis benda
warisan budaya yang disimpan sebagai koleksi Museum saat ini dapat
dikelompokkan sebagai koleksi arkeologi dan etnografi.
Keberadaan museum ini diharapkan mampu menjadi sebuah objek yang sangat tepat untuk
menarik wisatawan terutama dari kalangan anak sekolah yang seharusnya mengenal
lebih banyak mengenai Tulungagung dan budaya di dalamnya. Sebagai sebuah museum yang berisi benda - benda yang
berkaitan erat dengan Tulungagung , kita akan mampu mengetahui bagaimana
kehidupan masa lampau Tulungagung dan juga perkembangannya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. ii
MOTTO ............................................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iv
ABSTRAKSI .................................................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ...................................................................................................... 1
1.2
Rumusan masalah ................................................................................................. 1
1.3
Tujuan penelitian .................................................................................................. 1
1.4
Manfaat penelitian ................................................................................................ 2
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................ 3
2.1 Museum Daerah Tulungagung .............................................................................. 3
BAB 3 METODE PENELITIAN DAN METODE
PENULISAN ................................. 4
3.1 Metode Penelitian ................................................................................................. 4
3.1.1 Penelitian lapangan ....................................................................................... 4
3.1.2 Penelitian kepustakaan .................................................................................. 4
Langkah-langkah penelitian :
3.1.2.1 Heuristik ........................................................................................... 4
3.1.2.2 Verifikasi .......................................................................................... 4
3.1.2.3 Interpretasi ....................................................................................... 5
3.1.2.4 Historiografi ..................................................................................... 6
3.2
Metode penulisan ................................................................................................. 6
3.2.1 Library research ............................................................................................ 6
3.2.2 Field research ................................................................................................ 7
BAB 4 HASIL PENELITIAN ......................................................................................... 8
4.1 Kondisi lapangan .................................................................................................. 8
BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................................................. 12
5.1
Museum Daerah Tulungagung
............................................................................. 12
5.2
Koleksi Museum Tulungagung ........................................................................... 13
5.3
Cara perawatan benda-benda di museum ............................................................. 21
5.4
Pengunjung ........................................................................................................... 21
BAB 6 PENUTUP ............................................................................................................ 22
6.1 KESIMPULAN ................................................................................................... 22
6.2 SARAN ................................................................................................................ 22
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dari berbagai jenis benda warisan budaya yang menjadi koleksi
Museum Tulungagung, masih di dominasi dengan Koleksi Arkeologi yang banyak
ditemukan di wilayah Kabupaten Tulungagung, yang semula koleksi Museum tersebut
disimpan di ruangan Pendopo Kabupaten Tulungagung.
Gagasan didirikannya Museum Daerah ini dimaksudkan selain
sebagai wadah/tempat penyelamatan warisan budaya diharapkan juga
dijadikan tempat tujuan studi, rekreasi, baik pelajar mahasiswa maupun
masyarakat luas.
1.2
Rumusan
masalah
Masalah-masalah
yang diteliti, dirumuskan :
1.
Bagaimana
Museum Tulungagung itu?
2.
Apa saja koleksi Museum Tulungagung?
3.
Bagaimana cara
perawatan benda-benda di museum itu?
4.
Siapa saja
pengunjung di Museum Daerah Tulungagung?
1.3
Tujuan
penelitian
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah:
a)
Untuk menambah wawasan
tentang benda cagar budaya di Tulungagung
b)
Untuk memperkenalkan kepada masyarakat sebagian dari koleksi yang
terdapat di Museum Daerah Tulungagung.
c)
Dapat menyebarluaskan informasi tentang keberadaan Museum dan Koleksi Museum Daerah Tulungagung kepada khalayak ramai, terutama pengunjung
Museum Daerah.
d)
Dapat
mengenal dan akhirnya akan akan memanfaatkan keberadaan museum.
1.4 Manfaat penelitian
Manfaat dari penulisan ini diharapkan:
a)
Masyarakat akan tahu mengenai benda cagar budaya dan peninggalan.
b)
Masyarakat lebih memahami dan mengerti akan pentingnya menjaga warisan budaya dan
peninggalan.
c)
Masyarakat akan menjaga benda cagar budaya dan peninggalan.
d)
Masyarakat akan mengerti keberadaan museum.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Museum Daerah Tulungagung
Museum merupakan tempat
penyimpanan benda-benda koleksi yang bernilai penting bagi sejarah dan
kebudayaan bangsa. Selain itu merupakan sebuah saran untuk memberikan informasi
sebanyaknya kepada masyarakat mengenai fungsi dan nilai suatu benda dalam
kehidupan manusia. Benda-benda koleksi Museum tidak hanya antik, langka dan
etnis, juga merupakan rekaman perjalanan peradaban sebuah bangsa sehingga dapat
dijadikan sarana pendidikan bagi masyarakat.
Museum Daerah Tulungagung dibangun pada
akhir tahun 1996 oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung, berlokasi di Jalan Raya
Boyolangu, Km. 4, Komplek SPP/SPMA Tulungagung. Bangunan Museum Daerah
berukuran 8 x 15 m, dengan luas lahan 4.845 m² ini difungsikan sebagai tempat penyimpanan koleksi yang semula disimpan
di Pendopo Kabupaten Tulungagung yang selanjutnya direncanakan pengembangan
pembangunan di kompleks SPP/SPMA.
Letak Museum ini bisa dibilang cukup strategis sebab berada
di wilayah yang sarat dengan potensi Benda Cagar Budaya yang tidak bergerak.
Lokasinya mudah ditemukan karena dari kejauhan saja sudah nampak beberapa
prasasti berdiri mengelilingi sisi kanan museum. Disekelilingnya masih berupa
sawah/ tanah perkebunan.
Gagasan didirikannya Museum Daerah
Tulungagung dimaksudkan sebagai wadah/tempat penyelamatan warisan budaya,
tempat study dan rekreasi bagi pelajar, mahasiswa maupun bagi masyarakat luas.
Museum Daerah Tulungagung
merupakan museum umum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material
manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin
ilmu dan teknologi.
BAB 3
METODE PENELITIAN DAN METODE
PENULISAN
3.1 Metode Penelitian
Metode
penelitian yang dilakukan dalam penulisan karya tulis ini ada 2 bentuk, yaitu:
3.1.1 Penelitian lapangan
Yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara:
1.
Mendatangi secara
langsung ke tempat terjadinya peristiwa sejarah atau ke tempat di temukannya
benda-benda bersejarah (situs).
2.
Apabila
peninggalan-peninggalan bersejarah sudah tersimpan di museum, berarti melakukan
penelitian museum.
3.
Apabila para pelaku dan
aksi sejarah masih hidup, berarti melakukan wawancara terhadap pelaku-pelaku
sejarah tersebut.
3.1.2
Penelitian kepustakaan
Yaitu penelitian yang
dengan cara mengumpulkan data-data tertulis, baik yang di simpan di museum,
perpustakaan, kronik, naskah-naskah, surat kabar, dan lain-lainnya. Kedua
bentuk penelitian sejarah tersebut biasanya lebih cenderung dipadukan ketimbang
berdiri sendiri, keduanya saling melengkapi satu sama lainnya. Namun keduanya
baik penelitian lapangan maupun kepustakaan dalam ilmu sejarah selalu bersifat
diskriptif.
·
Langkah-langkah penelitian :
Langkah-langkah
dalam penelitian sejarah adalah sebagai berikut:
3.1.2.1 Heuristik
Heuristik dalam bahasa Yunani Heuriskein
berarti menemukan, yaitu usaha untuk mencari dan mengumpulkan sumber-sumber
sejarah baik sumber benda, sumber tertulis, maupun sumber-sumber lisan.
Sedangkan tempat-tempat untuk menemukan sumber sejarah bisa dilakukan atau
mendatangi museum, perpustakaan, arsip nasional, kantor pemerintahan, dan
lapangan, yaitu tempat terjadinya peristiwa atau penemuan peninggalan sejarah,
atau tempat kediaman tokoh-tokoh atau saksi sejarah.
3.1.2.2 Verifikasi
Vertifikasi, maksudnya
melakukan pemerikasan atau pengujian terhadap kebenaran dari sumber-sumber
sejarah yang tealah terkumpul atau pemeriksaan terhadap kebenaran laporan
terhadap peristiwa sejarah. Vertifikasi dapat dilakukan dengan melaksanakan
“kritik sumber” yang dalam ilmu sejarah dibedakan menjadi:
1) Kritik Intern,
yaitu kritik terhadap kredibilitas (kebiasaan dipercaya) terhadap isi dari
peninggalan sejarah misalnya isi dari prasarti, dokumen, dll. Kritik intern
bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Penilaian
intrinsik, artinya sumber tersebut bersifat resmi atau tidak dari siapa tokoh yang mengeluarkan atau
mengarang sumber gtersebut.
b. Study
komperatif yaitu membandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang lain.
c.
Menggunakan logika akal
sehat
2)
Kritik
Ekstern, yaitu kritik terhadap autensitas
(keaslian sumber) dari sumber-sumber sejarah yang digunakan. Kritik ekstern
bisa digunakan dengan cara:
a.
Tipologi, yaitu cara penentuan
ketuaan peninggalan sejarah berdasarkan bentuk (tipe) suatu benda peninggalan
itu.
b.
Stratigrafi, yaitu cara
penentuan ketuaan peninggalan sejarah berdasarkan lapisan tanah tempat benda
tersebut ditemukan.
c.
Kimia, yaitu cara
menentukan ketuaan peninggalan sejarah berdasarkan unsur kimia yang terkandung
pada benda tersebut.
d.
Menanyakan secara
langsung terhadap tokoh-tokoh yang terlibat peristiwa sejarah tersebut.
3.1.2.3 Interpretasi
Interpretasi yaitu
penafsiran terhadap peristiwa atau memberikan pandangan teoritis terhadap suatu
peristiwa sejarah. Interpretasi dapat dilakukan melalui dua tahap yaitu:
a. Analisis,
yaitu menguraikan berbagai fakta-fakta sejarah untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya.
b. Sintesis,
yaitu menyatukan berbagai fakta-fakta sejarah menjadi satu kesatuan yang
selaras. Artinya, dalam tahap sintesis ini, fakta-fakta sejarah yang telah
diuji kebenarannya disusun secara sistematis (kronologis), dan hubungan antar
fakta yang satu dengan fakta yang lainnya dijelaskan, sehingga menjadi suatu
kesatuan (kebulatan) cerita/kisah sejarah yang menggambarkan kebenaran yang
obyektif. Penyusun secara sistematis tersebut bisa dilakukan dengan cara
memberi interpretasi, agar interpretasi yang di kemukakan tidak terlalu
subyektif maka selain interpretasi harus dipertanggung jawabkan kebenarannya
dengan memakai bukti-bukti sejarah sebagai pendukung, sehingga nantinya
dihasilkan suatu penulisan sejarah yang benar-benar obyektif.
3.1.2.4 Historiografi
Historiografi, yaitu
penulisan sejarah dengan metode tertentu atau sesuai dengan norma-norma dalam
disiplin ilmu sejarah. Penulisan sejarah harus diupayakan subyektif mungkin
untuk menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan. Namun demikian harus
disadari pula unsur-unsur subyektif dari penulis sangat sulit dihindari. Kadar subyektifitas
dalam penulisan sejarah ditentukan oleh beberapa factor, diantaranya adalah:
a. Sikap
berat sebelah pribadi.
b. Adanya
prasangka kelompok.
c. Adanya
interpreetasi yang berlainan tentang factor-faktor sejarah.
d. Adanya
pandangan hidup yang berbeda tentang penggerak sejarah.
Penulisan
sejarah biasanya tergantung pada banyak sedikitnya dari sumber-sumber sejarah
yang digunakan oleh sejarawan. Semakin banyak sumber-sumber sejarah yang
digunakan dapat dipastikan penulisan sejarah akan semakin kompleks. Atas dasar
sedikit banyaknya sumber sejarah yang digunakan, kita akan mengenal beberapa
bentuk penulisan sejarah sebagai berikut:
a. Penulisan
Naratif, penulisan naratif lebih cenderung berorientasi pada sumber sejarah
sehingga uraiannya lebih bersifat kronologis semata. Biasanya yang diceritakan
tentang apa dan dimana peristiwa itu terjadi.
b. Penulisan
Diskriptif, penulisan diskriptif hampir sama dengan naratif tetapi lebih detail
dan kompleks. Biasanya yang diceritakan bukan hanya tentang apa dan dimana
peristiwa itu terjadi, tetapi dibahas pula mengapa peristiwa itu terjadi.
Penulisan
Analisis, penulisan analisis lebih berorientasi pada problem atau masalah.
Biasanya diceritakan tidak hanya apa dan dimana serta mengapa peristiwa itu
terjadi, tetapi setiap uraian dijadikan problema menjadi sub-sub tema yang
lebih kecil yang ditinjau dari berbagai sudut. Misalnya dari sudut politik,
social, ekonomi, agama, budaya, dan lain-lainnya. Sehingga dalam penulisan
analisis ini nantinya dapat ditemukan satu model tersendiri tentang teori suatu
peristiawa
3.2 Metode penulisan
3.2.1 Library research
Library research (penelitian
kepustakaan) yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literature
(kepustakaan), baik berupa buku-buku, catatan, dokumen, kisah sejarah maupun
laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu.
3.2.2 Field research
Field research (penelitian
lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan
untuk menggali dan meneliti data yang berkenaan dengan kemampuan siswa.
BAB 4
HASIL
PENELITIAN
4.1 Kondisi lapangan
Kondisi
Museum Daerah Tulungagung memiliki luas
lahan 4.845 m2 dan luas bangunan 8m
x 15m
yang masih terlihat baik yang berlokasi di Jalan Raya
Boyolangu, Km. 4, Komplek SPP/SPMA Tulungagung. Letak
Museum ini bisa dibilang cukup strategis sebab berada di wilayah yang sarat
dengan potensi Benda Cagar Budaya yang tidak bergerak. Museum ini berada di barat jalan. Lokasinya mudah
ditemukan karena dari kejauhan saja sudah nampak beberapa prasasti berdiri mengelilingi
sisi kanan museum. Di sekelilingnya masih berupa sawah/
tanah perkebunan. Terdapat seorang penjaga museum yang
setiap hari berjaga di pos di depan museum. Untuk masuk ke dalam museum,
pengunjung tidak dikenakan biaya sama sekali. Namun, cukup dengan menulis nama
di buku daftar pengunjung. Museum ini ukurannya sedang. Tidak begitu besar namun
cukup untuk menyimpan koleksi benda-benda sejarah di Tulungagung. Ruangan penyimpanan benda-benda
koleksi juga bersih. Penataan koleksi
benda-benda bersejarah tertata dengan rapi. Setiap benda koleksi selalu
disertai dengan keterangan masing-masing yang menunjukkan nama dari koleksi
benda bersejarah
tersebut dan tempat ditemukannya. Museum Daerah Tulungagung dimaksudkan sebagai
wadah/tempat penyelamatan warisan budaya, tempat study dan rekreasi bagi pelajar,
mahasiswa maupun bagi masyarakat luas. Museum Daerah Tulungagung merupakan
museum umum dimana koleksinya terdiri dari koleksi arkeologi dan koleksi
Etnografi (Peralatan Teknologi Tradisional).
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Museum Daerah Tulungagung
Museum Daerah Tulungagung dibangun pada
akhir tahun 1996 oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung, berlokasi di Jalan Raya
Boyolangu, Km. 4, Komplek SPP/SPMA Tulungagung. Bangunan Museum Daerah
berukuran 8 x 15 m, dengan luas lahan 4.845 m² ini difungsikan sebagai tempat penyimpanan koleksi yang semula disimpan
di Pendopo Kabupaten Tulungagung yang selanjutnya direncanakan pengembangan
pembangunan di kompleks SPP/SPMA.
Letak Museum ini bisa dibilang cukup strategis sebab berada
di wilayah yang sarat dengan potensi Benda Cagar Budaya yang tidak bergerak,
antara lain Goa Selomangleng, Candi Gayatri, Candi Cungkup, dll. Selain itu
juga merupakan jalur utama menuju Obyek Wisata Pantai Popoh Indah, Pantai Sine,
dan Kerajinan Marmer di sepanjang jalur menuju Pantai Popoh Indah. Lokasinya
mudah ditemukan karena dari kejauhan saja sudah nampak beberapa prasasti
berdiri mengelilingi sisi kanan museum. Disekelilingnya masih berupa sawah/
tanah perkebunan.
Museum Daerah Tulungagung
dimaksudkan sebagai wadah/tempat penyelamatan warisan budaya, tempat study dan
rekreasi bagi pelajar, mahasiswa maupun bagi masyarakat luas. Museum Daerah
Tulungagung merupakan museum umum dimana koleksinya terdiri dari koleksi
arkeologi dan koleksi Etnografi (Peralatan Teknologi Tradisional). Koleksi
Etnografi itu masuk Museum Daerah. Karena ini merupakan sejarah tersendiri bagi
masyarakat Tulungagung yang dulu dikenal sebagai Kadipaten Ngrowo.
Hampir sepanjang masa Daerah Tulungagung digenangi
rawa – rawa sepanjang kurang lebih 8 bulan dalam setahun. Maka dengan adanya
Terowongan Niama akhirnya Tulungagung terbebas dari banjir.
Perlu diketahui bahwa Booklet Koleksi Arkeologi dan
Etnografi pada Museum Daerah ini di tahun 2008 menambah koleksi berupa
alat-alat permainan tempo dulu dan alat-alat tradisional.
5.2 Koleksi
Museum Daerah Tulungagung
Dari berbagai jenis benda warisan budaya yang disimpan
sebagai koleksi museum saat ini dapat dikelompokkan sebagai koleksi arkeologi
dan etnografi.
Koleksi arkeologi
Cirinya
yaitu benda cagar budaya yang terbuat dari batu, batu merah dan logam (kuningan
dan emas). Berupa peninggalan benda
bergerak berupa arca yang sebagian besar terbuat dari batu andesit. Koleksi arkeologi
sejumlah 103 koleksi, antara lain :
1.
Patung DURGA (batu Andesit) 1 buah
2.
Patung AGASTYA (batu Andesit) 2 buah
3.
Patung JALADWARA (batu Andesit) 1 buah
4.
Patung WISNU (batu Andesit) 2 buah
5.
Patung LlNGGA SEMU (batu Andesit) 1 buah
6.
Patung DWARAPALA (batu Andesit) 17 buah
7.
Patung KEPALA IKAN (batu Andesit) 2 buah
8.
Patung NANDI (batu Andesit) 1 buah
9.
Patung KALA (batu Andesit) 2 buah
10. Patung
BUDHA (batu Andesit) 2 buah
11. Patung
ASMA (batu Andesit) 1 buah
12. Patung
SELUBUNG TIANG (batu Andesit) 1 buah
13. Patung
YONI (batu Andesit) 3 buah
14. Patung
NARASHIMA (batu Andesit) 1 buah
15. PRASASTI
(batu Andesit) 9 buah
16. ARCA
(batu Andesit) 1 buah
17. Patung
SKANDHA (batu Andesit) 1 buah
18. Patung
SIWA MAHAKALA (batu Andesit) 1 buah
19. Patung
PARWATI (batu Andesit) 1 buah
20. AMBANG
PINTU (batu Andesit) 1 buah
21. Patung
GANESHA (batu Andesit) 4 buah
22. BATUCANDI
(batu Andesit) 44 buah
23. KERIS
(Tilam Upih & Tilam Sari) 2 buah
Sedikit informasi
tentang arca-arca di museum, antara lain:
o BUDDHA
AKSOBHYA:
Merupakan Koleksi yang terbuat dari bahan Batu Andesit,
ukuran Panjang 83 cm, ukuran lebar 72 cm, ukuran tinggi 146 cm, keadaan baik,
pahatan halus. Bentuk gambaran Arca duduk Yogasana di atas Padmasanaganda,
di belakang kepala sisi kiri ada prabha. Rambut keriting, telinga panjang,
tangan kanan hilang, tangan kiri dalam posisi Dhyanamudra. Memakai
upawita, lipatan-lipatan dan tepian kain tampak, asana sisi kiri hilang. Pada
sisi samping asana samar-samar, ada prasasti dua baris melingkari asana.
o AGASTYA:
Area berdiri samabanga di atas asana. Di belakang terdapat
stela, arca berperut buncit, bertangan empat, tangan belakang memegang Trisula
(kanan) dan sesuatu yang tidak jelas (kiri). Tangan depan memegang pundi-pundi
(kiri) dan menggenggam (kanan), area berkumis panjang dan berjenggot. Memakai
giwang dan kelat bahu sederhana. Bahan Batu Andesit ukuran panjang 27 cm,
ukuran lebar 16 cm dan ukuran tinggi 46 cm.
o JALADWARA :
Kondisi baik, ukuran panjang 53 cm, ukuran lebar 19 cm dan
ukuran tinggi 38 cm, terbuat dari batu andesit. Bagian depan berbentuk kepala
naga (Makara) dengan mulut menganga. Bagian belakang berupa bidang segi
empat memanjang ke belakang dengan cekungan ditengah untuk saluran air. Bagian
depan atas dihias dengan motif sulur (ukel, jawa). Diatas terdapat lubang
kecil untuk saluran air.
o YONI:
Keadaan baik, dengan ukuran panjang sisi 37,5 cm, ukuran
tinggi 34 cm, terbuat dari batu andesit, berbentuk sederhana. Bagian tengah
lebih kecil dari pada bagian atas dan bawah. Hiasan berupa garis-garis vertikal
dan horizontal yang betingkat-tingkat. Terdapat cerat berukuran panjang 20 cm,
ukuran lebar 13 cm, ukuran tebal 14 cm. Pada sisi atas terdapat cekungan bujur
sangkar berukuran pajang sisi 14 cm, ukuran kedalaman 23 cm dan Yoni ini ukuran
panjang selurnya 42, 5 cm dan Ukuran Tinggi 46 cm.
o WlSNU:
Arca berdiri diatas padmasana ganda, terbuat dari
batu andesit dengan ukuran panjang 32 5 cm, ukuran lebar 23 5 cm dan
ukuran tinggi 84 5 cm. Dibelakang arca terdapat stela, di belakang kepala
terdapat prabha. Adabeberapa bagian yang rusak yaitu wajah, mahkota, kedua
tangan depan dan atribut kanan belakang. Stela bagian atas rumpil tangan kiri
belakang memegang sangka bersayap arca memakai giwang, hara (susun tiga). Kelat
bahu, gelang polos (susun tiga), uncal, upawita, gelang kaki. Di kiri dan kanan
arca menempel pada stela ada teratai yang keluar dari kuncup.
o DWARAPALA:
Arca terbuat dari batu Andesit dengan ukuran panjang
53 cm, lebar 53 cm, tinggi 103 cm. Rambut keriting panjang sepinggang, kaki
kanan jongkok, kaki kiri di lipat kebelakang, bertumpu pada ujung jari. Kedua
kaki diatas lutut kiri memegang gada yang menempel ke bahu kiri. Mata melotot
mulut tertawa sehingga tampak gigi dan taringnya. Memakai giwang, upanita ular,
gelang tangan, gelang kaki, perut buncit, hiasan asana berupa tengkorak samar
samar tampak.
o PRASASTI:
Keadaan agak aus, berbentuk akolade, mempunyai ukuran
panjang sisi atas 68 cm, panjang sisi bawah 57 cm, tinggi 127 cm dan lebar 19
cm. Dari sisa alur-alur yang ada, jumlah baris sisi depan 29, belakang 27, sisi
kiri 24, sisi kanan aus. Dari bekas-bekas huruf yang masih ada tipe huruf
Mojopahit berukuran 0,7 cm. Pada sisi depan atas tepat ditengah terdapat
lanchana berbentuk lingkaran, didalamnya terdapat dua sayap
o KALA:
Arca keadaan baik, pahatan halus, hanya bagian wajah
merupakan sambungan atas beberapa bagian, Mata melotot, tinggal bagian kiri,
mulut tertawa, tampak gigi dan taring, Keadaan hidung mancung, pipi tembem,
dibelakang bagian bawah ada tonjolan bidang persegi, terbuat dari batu Andesit
dengan ukuran panjang 74 cm, ukuran Lebar 84 cm dan ukuran Tinggi 57 cm.
o BUDDHA:
Arca duduk bersila yogasana dengan Kedua tangan terbuka
berada diatas lutut, diatasnya terdapat bunga stela berbentuk akolade, rambut
bersanggul ke atas, Terbuat dari Bahan Batu Andesit dengan ukuran panjang
panjang 28 cm, ukuran Lebar 19
cm sedangkan ukuran Tingginya 42 cm.
o Bima atau Bimasena :
Adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dianggap sebagai seorang tokoh
heroik. Ia adalah putra Dewi Kunti dan dikenal sebagai tokoh Pandawayang kuat, bersifat selalu kasar dan
menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya hatinya lembut. Ia merupakan
keluarga Pandawa di urutan yang kedua, dari lima bersaudara. Saudara
se’ayah’-nya ialah wanara yang terkenal dalam epos Ramayanadan sering dipanggil dengan nama Hanoman.
o PATUNG
MINA
Menggambarkan mulut
ikan menganga lebar merupakan fragmen makara yang biasa dipergunakan sebagai
hiasan ujung pipi tangga masuk suatu bangunan. Pada sekitar abad XIII
pengkultusan kepada binatang tertentu berkembang dengan pesat.
Koleksi etnografi
Cirinya yaitu terbuat dari kayu, bambu
dan kertas. Berupa peralatan pertanian
dan perikanan. Koleksi etnografika sejumlah 132 koleksi.
Ada
1 dinding dengan beberapa foto candi-candi yang ada di Tulungagung, antara
lain: foto candi Sanggrahan, candi Dadi, candi Boyolangu (Gayatri), candi
Mirigambar, candi Penampihan, goa Tritis, goa Selomangleng, dan goa Pasir.
o Alat – Alat
Permainan Tempo Dulu :
1.
Egrang
Bahannya bisa dari bambu yang tua, dari bahan kayu
yang kuat, atau bisa juga berbahan logam. Sepasang untuk kaki kanan dan kaki
kiri. Keduanya diberi pencatan tinggi. Tinggi pencatan bisa dibuat sesuai
selera, bisa 0.5m, 1m, dll. Permainan ini pada dasarnya mempunyai fungsi
membentuk kecerdasan seseorang pada masa perkembangan jasmaninya. Permainan ini
membutuhkan ketrampilan, kecekatan, disiplin, cermat, waspada, tangguh tidak
mudah goyah, lengah sedikit akan jatuh.
Egrang ini
dapat digunakan untuk permainan apa saja diantaranya yaitu
- Balapan
lari
- Sepak
bola dengan Egrang
- Saling
mendorong diatas Egrang. Siapa yang jatuh berarti kalah
- Uji nyali
berjalan di atas air, dsb.
2.
Banggalan / Gangsingan / Kekean
Umumnya terbuat dari kayu yang tahan akan paku dan
dibentuk sedemikian rupa. Bagian bawah diberi paku sebagai alat untuk mematuk
agar dapat diputar sampai mendesing. Tujuannya pada saat dipatuk oleh lawannya
tetap berputar. Siapa yang mati dulu berarti dia yang kalah. Alat untuk memutar
disebut Uwet ( bahasa jawa ), biasanya dari lulup kayu Pohon Waru.
Permainan ini bisa dilakukan oleh beberapa orang
dengan jumlah maksimal 10 orang, misalnya dengan cara hom pim pah ( bahasa jawa
). Siapa yang paling kalah memberi umpan dahulu, bisa dengan Tu ( artinya
kepala di atas ) atau dengan Kek ( artinya kepala di bawah ). Kalau gangsing
pemberi umpan tetap berputar dan lawannya mati berarti yang memberi umpan
menang. Demikian seterusnya sampai dengan jumlah peserta. Gangsing yang paling
kuat bertahan berputar saat mematuk atau dipatuk lawan, dialah yang menang dan
berhak menyandang gelar Raja. Dan saat melanjutkan permainan, Raja akan mematuk
paling akhir. Raja tidak pernah dipatuk oleh bawahannya, kecuali saat Raja
mematuk umpan terakhir dan Raja mati, maka yang memberi umpan naik jadi Raja.
Gangsing yang kalah siap dipatuk. Begitu seterusnya. Permainan ini dapat
melatih kecermatan, kecerdasan dalam berpikir karena memerlukan teknik permainan
dalam memenangkan permainan ini.
3. Enthik
Bahannya terbuat dari Ranting Bambu Ori yang tua.
Ranting bambu yang dibutuhkan dalam permainan ini ada 2 macam yaitu ranting
pendek yang berukuran ± 15cm yang berfungsi sebagai bahan untuk dipukul dan
disebut Wedoan ( bahasa jawa ). Sedangkan Ranting Bambu Ori yang lebih panjang
yang disebut Lanangan berukuran ± 60cm yang berfungsi sebagai alat.
Permainan ini ada 3 langkah,
yaitu :
1. Langkah Pertama yaitu ranting yang pendek sebagai
Wedoan ditaruh di atas lubang kemudian dicungkit dan dilempar sejauh mungkin
dengan memakai bambu yang panjang. Kemudian bambu yang panjang ditaruh di atas
lubang tadi lalu bambu yang pendek dipukulkan dan diupayakan kena.
2. Untuk langkah kedua, bambu yang pendek diletakkan
di atas bambu yang panjang, lalu diayunkan ke atas dan dipukul sejauh mungkin.
Kemudian Si penjaga mengembalikan dengan datar ke arah lubang tersebut dengan
bambu pemukul tadi .
3. Sedangkan langkah ketiga biasa disebut dengan Patél
Lele yakni bambu pendek ( Wedoan ) ditaruh dalam lubang dengan posisi miring
dan sebagian ranting bambu terlihat, lalu dipukul dengan menggunakan bambu yang
panjang, setelah naik baru dipukul sejauh mungking. Kemudian jarak hasil
pukulan bambu panjang diukur memakai bambu. Yang pendek ( Wedoan ) ke arah
lubang di awal permainan. Demikian seterusnya. Jumlah nilai yang harus
dikumpulkan dalam permainan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Pada langkah pertama, hak bagi penjaga apabila bisa
menangkap nilainya 10 ( sepuluh ). Sedangkan pada langkah kedua, hak bagi
penjaga senilai 15 ( lima belas ). Dan pada langkah ketiga, hak bagi penjaga
senilai 25 ( dua puluh lima ) dan bila penjaga bisa menangkap pukulan ranting
bambu pemain, maka otomatis pemukul gugur/mati dan ganti posisi sebagai
penjaga.
Kesimpulan dalam permainan ini :
a. Untuk
membentuk kepribadian anak menjadi cerdas, tangkas, ulet, waspada dalam
gerak-gerik lajunya permainan. Kalau tidak waspada akan terjadi malapetaka
mengenai dirinya.
b. Kepuasan bagi
yang dapat mengumpulkan lebih dahulu nilai yang telah ditetapkan oleh kedua
belah pihak.
c. Bagi yang
menang mendapatkan hadiah yang telah ditentukan.
4. Dakonan / Dakon / Congklak
Dakonan merupakan suatu
permainan tradisional yang biasanya dilakukan oleh anak – anak perempuan dengan
jumlah peserta 2 orang. Bahan dakon terbuat dari bahan kayu yang diukur
sedemikian rupa menurut selera atau bisa juga menggunakan bahan yang lain. Pada
papan Congklak/Dakon terdapat 16 buah lubang yang terdiri dari 14 lubang kecil
yang saling berhadapan dan 2 lubang besar di kedua sisinya. Untuk isiannya
berjumlah 98 buah biji yang terbuat dari biji – bijian, batu – batuan,
kelereng, atau plastik. Setiap sisi pemain terdapat 7 lubang kecil dan lubang
besar di sisi kanan pemain merupakan lubang milik masing -masing pemain.
Permainan ini mengandung unsur pendidikan untuk
mencerdaskan akal pikiran anak dan pandai menafsirkan/memperkirakan bagaimana
agar lumbung miliknya dapat terisi penuh sehingga dapat mengalahkan lumbung
milik lawannya.
5.
Bendan
Bahannya terbuat dari batu berjumlah 2 buah, yang satu
berukuran besar dengan berat ± 1.5 kg. Kemudian dicarikan batu yang bisa
berdiri tegak tanpa bantuan. Batu yang kedua agak kecil tujuannya untuk
dilemparkan ke pasangan batu yang besar tadi. Kalau bisa kena, maka yang
menjaga harus menggendong atau siap jadi kudanya dengan jarak yang ditentukan
terlebih dahulu oleh pemain yang menang. Pada lemparan pertama misalkan tidak
kena dari jatuhnya lemparan pertama tadi dilanjutkan langkah berikutnya untuk
melempar pasangan batu tadi sampai roboh. Kalau berhasil merobohkan maka
penjaga siap – siap menggendong tapi jaraknya lebih dekat dari lemparan pertama
tadi. Namun apabila lemparan tadi tidak mengenai sasaran berarti pemain
dinyatakan kalah dan siap jadi penjaga. Demikian seterusnya. Permainan ini bisa
dilakukan oleh 2 orang atau dengan kelompok. Permainan ini dapat membentuk
ketrampilan, kecerdasan, keuletan dan kekuatan fisik.
6. Tembak- Tembakan
Bahannya ada yang terbuat dari Pring Jabal sebesar
telunjuk. Mimis/pelurunya terbuat dari buah salam yang sudah ranum atau sudah
matang. Lalu diletakan diujung dan pangkalnya. Cara kerjanya, peluru yang ada
di pangkal tersebut ditusuk dengan tongkat tumpul dan dengan diameter sebesar
lubang Pring Jabal. Sehingga berbunyi letupan dan di arahkan kepada lawan yang
dianggap musuh. Permainan ini dilakukan dengan kelompok yang telah ditentukan
oleh peserta itu sendiri.
Pemainan ini memiliki unsur pendidikan untuk bela
Negara. Adapun tembak – tembakan di dalam koleksi ini kami buat mirip dengan
Tembak Laras Panjang yang bahannya dari kayu namun ujungnya tetap menggunakan
Pring Jabal. Pelurunya menggunakan Pring Ori yang dibentuk sedemikian rupa sebesar
lubang yang ada dan ujungnya yang tumpul dilapisi karet. Fungsinya sama dengan
yang di atas.
Asal koleksi :
1.
Penemuan oleh masyarakat Tulungagung
2.
Pencarian dan pendataan berdasarkan budaya di
Tulungagung
3.
Hibah dari masyarakat Tulungagung
5.3 Cara
perawatan benda-benda di museum
1.
Secara tradisional
Yaitu dengan menggunakan sikat dan air khusus benda
arkeologi, dan menggunakan lap basah khusus benda etnogragrafika. Semua itu
dilakukan satu bulan sekali.
2.
Secara modern
Yaitu menggunakan zat kimia dipilih zat yang tidak
merusak benda cagar budaya. Perawatan ini dilakukan setiap 5 tahun sekali.
5.4 Pengunjung
Secara umum
pengunjung museum 75% dari kalangan pelajar dan mahasiswa, dan 25% dari
masyarakat umum dan dinas. Hal pertama yang harus
dilakukan setelah sampai di museum, tentu berurusan dengan administrasi. Namun
tidak dipungut biayanya, hanya mencantumkan nama pengunjung, asal, pekerjaan
dan tujuan pengunjung.
BAB 6
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Dengan mengucap puji syukur
alhamdulillah berkat bimbingan,
pengarahan dari bapak/ibu guru bidang studi sejarah dan pemandu dari Museum
Tulungagung. Museum Tulungagung telah mampu melestarikan sejarah kota
Tulungagung yang hampir punah karena ulah manusia dengan memperjual belikan
benda sejarah tersebut ke pasar luar negeri, serta memperkenalkan benda sejarah
asli kota Tulungagung ke luar negeri melalui pariwisata ke Museum Tulungagung.
Dengan adanya Museum Tulungagung di Kecamatan Boyolangu dapat menarik wisatawan
baik dalam kota maupun luar kota untuk
mengunjunginya.
6.2 SARAN
Dengan adanya Museum Tulungagung, masyarakat Tulungagung
maupun sekitarnya mampu mengenal bahkan melestarikan benda bersejarah yang
bernilai tinggi tersebut. Seharusnya Pemerintah Kota
Tulungagung lebih memperhatikan keadaan sekitarnya karena kurang terawat dari
segi penataan benda benda bersejarah tersebut, maupun kebersihan jika keadaan
seperti ini terus dibiarkan akan berdampak buruk dengan pariwisata
Tulungagung. Pengunjung
Museum Daerah Tulungagung sebaiknya juga tetap menjaga benda-benda koleksi
Museum tetap pada tempatnya. Sebaiknya perawatan benda-benda koleksi juga diakukan lebih rutin agar debu
tidak menempel dan dapat terjaga keasliannya. CCTV dalam museum juga diperlukan
agar bisa mengawasi pengunjung yang masuk.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
Salah satu foto candi yang digantung di tembok beserta keterangannya
|
Prasasti yang berdiri di sisi kanan museum
|
Arca-arca yang berbentuk binatang
|
Prasasti
yang berdiri di sisi kanan museum
|
Patung
Mina
|
Arca Budha Aksobhya
|
Alat Kesenian
Tradisional
|
Arca
Dwarapala
|
Alat Perikanan
Tradisional
|
Arca-arca
cina yang berada di belakang museum
|
Alat Pertanian
Tradisional
|
Fosil tengkorak Homo Wajakensis
|
Download Document Museum Tulungagung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar